Wahyu Kliyu, Tradisi Sakral Warisan Budaya Takbenda Dirayakan dengan Kirab 17 Ribu Apem

Blog92 Dilihat

KARANGANYAR, CYBER ONE NEWS.COM- Pemerintah Kabupaten Karanganyar kembali menunjukkan komitmennya dalam melestarikan adat dan budaya lokal melalui peringatan Upacara Adat Wahyu Kliyu yang digelar di Desa Jatipuro, Kecamatan Jatipuro, pada Jumat tengah malam, 11 Juli 2025, dini hari. Kegiatan ini diawali dengan kirab budaya yang menampilkan 17 gunungan berisi sekitar 17 ribu apem. Gunungan tersebut berasal dari sumbangan warga dan berbagai instansi di wilayah Kecamatan Jatipuro, yang dikirab dari rumah Kepala Desa Jatipuro menuju Lapangan Desa Jatipuro.

Apem tersebut menjadi simbol sedekah dan ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepala Desa Jatipuro, Rakino, menjelaskan bahwa kirab merupakan bagian dari rangkaian upacara adat Wahyu Kliyu yang rutin digelar setiap bulan Suro. Puncak upacara dilaksanakan tepat pukul 00.00 WIB dengan pembagian apem kepada masyarakat. Sebanyak 316 kepala keluarga di Dusun Kendal turut berpartisipasi, masing-masing membawa 344 apem untuk dibagikan secara merata.

“Wahyu Kliyu malam ini sangat sakral. Ini adalah wujud permohonan kami kepada Sang Pencipta agar seluruh warga Dusun Kendal dijauhkan dari mara bahaya,” ujar Rakino.

Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Karanganyar. Kepala Bidang Kebudayaan, Heri Sutrisno, menyampaikan bahwa Wahyu Kliyu telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda tingkat nasional sejak tahun 2021.

“Tradisi seperti ini penting untuk dilestarikan. Ke depan, kami berkomitmen untuk menyelenggarakan kegiatan ini dengan lebih meriah dan melibatkan lebih banyak pihak,” tutur Heri.

Bupati Karanganyar, H. Rober Christanto, S.E., M.M., yang hadir dalam acara tersebut menyampaikan apresiasi atas semangat gotong royong masyarakat dalam menyukseskan agenda budaya ini. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak, mulai dari pemerintah desa hingga masyarakat, dalam membangun peradaban berbasis budaya lokal.

“Ini adalah bentuk nyata dari rasa syukur kita kepada Allah SWT. Wahyu Kliyu bukan sekadar ritual, tapi warisan budaya yang mencerminkan nilai-nilai spiritual, sosial, dan kebersamaan,” ujar Bupati.

“Saya doakan seluruh warga Kendal dan Jatipuro selalu diberi kesehatan, kelancaran rezeki, dan semangat untuk terus menjaga tradisi ini,” tambahnya. Bupati juga menyampaikan gagasan agar tradisi kirab apem Wahyu Kliyu dikembangkan lebih luas, tidak hanya di Dusun Kendal, namun juga di seluruh kecamatan di Karanganyar sebagai bentuk syiar budaya dan sarana mempererat persatuan masyarakat.

Melalui perayaan Wahyu Kliyu, Pemerintah Kabupaten Karanganyar menegaskan bahwa pelestarian budaya lokal merupakan bagian integral dari pembangunan daerah yang berkelanjutan. Semangat gotong royong yang mengakar dalam masyarakat menjadi fondasi kokoh bagi kemajuan Karanganyar ke depan. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *