MAGELANG – CYBERONENEWS – Salam Waras Dulur dulur dimanapun sedang berada, jangan lupa Ngeteh dan Ngebul (NgenTeni Hidayah lan NgenTeni BUbare Lakon) ….Kalau mau jujur sebenarnya warga itu bukan pelaku politik aktif, warga itu hanya sebagai pelaku politik pasif, yang sudah terbiasa di remot kontrol dalam setiap pergerakannya, tetapi ketika remot kontrolnya rusak, seperti saat ini, warga bisa apa,” ucap M Sarman saat ngeteh ngobrol bareng sebuah angkringan Magelang (3/10/2024)
” Fenomena ini terjadi pasca berubahnya iklim politik yang tiba tiba arah anginnya berbelok seratus delapan puluh drajad, di mana para kepala desa berani terang terangan Deklarasi dukungan kepada salah satu paslon dan hal itu tersebar di dunia maya, akibat dari itu membuat warga bingung, karena orang yang biasanya selalu di ikuti pergerakan politiknya tiba tiba berbelok arah.
Warga dengan suka rela membela kepentingan para pelaku politik yang selalu mengatasnamakan demi kesejahteraan warga, bahkan ada warga yang rela macak jadi Sengkuni, bak seorang politisi kondang, padahal warga itu hanya sekedar jaga “Gengsi,” Perang Gengsi, perang Bendera, dengan warga sendiri.
Padahal Gengsi itu sebuah harga diri, Gengsi itu sebuah martabat, gengsi itu sebuah kehormatan, dan gengsi itu sebuah pengaruh yang dimiliki oleh seseorang. Gengsi itu bisa menjadi dorongan dan motivasi diri untuk menjadi orang yang lebih baik,
Tetapi Gengsi yang berlebihan yang ditumpang-tumpangi kepentingan politik, bisa menyulitkan diri sendiri dan bisa membatasi ruang dan waktu untuk hubungan dengan orang lain.
Gengsi itu bisa menjadi sifat yang buruk yang sulit ditangani, ketika politik sudah masuk pada adu Gengsi, Sikap Gengsi yang berlebihan bisa menimbulkan perasaan “Superior” yang berujung pada kesombongan, yang bisa merugikan diri sendiri, bisa menghambat proses pengembangan diri, bisa membuat seseorang bertindak nekat atau bersikap arogan.
Sebegitunya warga membela dan mendukung kepentingan para pelaku politik aktif atau penikmat politik, tetapi pada kenyataannya ketika angin politik mulai sembribit mengusik telinganya, para pelaku politik dan penikmat politik, mereka pada sembunyi, diam dan selalu tutup mata dan tutup telinga, tidak mau melihat dan mendengar keluh warganya yang dengan suka rela membelanya.
Karena warga terlanjur basah ya,… Akhir ceritanya warga mandi sekalian warga mempertahankan “Gengsinya,” demi harga diri warga, meski harus perang bendera dengan warga sendiri, jangan salahkan warga pendukung tapi salahkan pelaku politik yang sedang bingung cari tempat berlindung…Salam waras…. Merdeka….!!! Semoga menjadi inspirasi kita semua,” pungkas M Sarman.
#Bled'eks.